Pembahasan nomer
1
Kepribadian Dan
Nilai Gaya Hidup
A. KEPRIBADIAN
Kepribadian merupakan
ciri watak seorang individu yang konsisten yang mendasari perilaku individu.
Kepribadian sendiri meliputi kebiasaan, sikap, dan sifat lain yang kas dimiliki
seseorang. Tapi kepribadian berkembang jika adanya hubungan dengan orang lain.
Dasar pokok dari perilaku seseorang adalah faktor biologis dan psikologisnya.
Kepribadian sendiri memiliki banyak segi dan salah satunya adalah self atau
diri pribadi atau citra pribadi. Mungkin saja konsep diri aktual individu
tersebut (bagaimana dia memandang dirinya) berbeda dengan konsep diri idealnya
(bagaimana ia ingin memandang dirinya) dan konsep diri orang lain (bagaimana
dia mengganggap orang lain memandang dirinya). Keputusan membeli dipengaruhi
oleh karakteristik pribadi seperti umur dan tahap daur hidup, pekerjaan,
situasi ekonomi, gaya hidup serta kepribadian dan konsep diri pembeli.
B. NILAI
Nilai (value) merupakan
kata sifat yang selalu terkait dengan benda, barang, orang atau hal-hal
tertentu yang menyertai kata tersebut. Nilai adalah sebuah konsep yang abstrak
yang hanya bisa dipahami jika dikaitkan dengan benda, barang, orang atau
hal-hal tertentu. Pengkaitan nilai dengan hal-hal tertentu itulah yang
menjadikan benda, barang atau hal-hal tertentu dianggap memiliki makna atau
manfaat. Benda purbakala dianggap bernilai karena berguna bagi generasi penerus
untuk mengetahui sejarah masa lampau kita. Video tape recorder, meski secara
teknis kondisinya masih baik, dianggap manfaatnya sudah hilang karena sudah
susah mengoperasikannya mengingat kaset yang seharusnya menjadi komplemen video
tape tersebut tetidak bisa lagi diperoleh di pasaran, semuanya tergantikan oleh
VCD. Dengan demikian yang dimaksudkan dengan nilai adalah prinsip, tujuan, atau
standar sosial yang dipertahankan oleh seseorang atau sekelompok orang
(masyarakat) karena secara intrinsik mengandung makna.
C. GAYA HIDUP
Plummer (1983) gaya
hidup adalah cara hidup individu yang di identifikasikan oleh bagaimana orang
menghabiskan waktu mereka (aktivitas), apa yang mereka anggap penting dalam
hidupnya (ketertarikan) dan apa yang mereka pikirkan tentang dunia sekitarnya.
Adler (dalam Hall & Lindzey, 1985) menyatakan bahwa gaya hidup adalah hal
yang paling berpengaruh pada sikap dan perilaku seseorang dalam hubungannya
dengan 3 hal utama dalam kehidupan yaitu pekerjaan, persahabatan, dan cinta
sedangkan Sarwono (1989) menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi
gaya hidup adalah konsep diri. Gaya hidup menggambarkan “keseluruhan diri
seseorang” yang berinteraksi dengan lingkungannya (Kottler dalam Sakinah,2002).
Menurut Susanto (dalam Nugrahani,2003) gaya hidup adalah perpaduan antara
kebutuhan ekspresi diri dan harapan kelompok terhadap seseorang dalam bertindak
berdasarkan pada norma yang berlaku. Oleh karena itu banyak diketahui macam
gaya hidup yang berkembang di masyarakat sekarang misalnya gaya hidup hedonis,
gaya hidup metropolis, gaya hidup global dan lain sebagainya.
Pembahasan nomer
2
Hal Yang
Mempengaruhi Sikap Dan Perilaku
Terdapat enam
faktor yang mempengaruhi kemampuan sikap dalam memprediksi perilaku, antara
lain:
1.
Tingkat
Keterlibatan Konsumen
Jika tingkat keterlibatan konsumen
terhadap suatu obyek sikap tinggi (misalnya produk), maka perilakunya cenderung
akan sesuai dengan sikapnya yang cenderung kuat.
2.
Pengukuran
sikap
Jika pengukuran sikap valid dan
reliabel dan mempunyai tingkat abstraksi yang sama dengan pengukuran perilaku
serta dalam waktu yang relatif dekat atau bersamaan waktunya, maka sikap dapat
digunakan untuk memprediksi perilaku.
3.
Pengaruh
orang lain
Orang lain yang mempunyai pengaruh
kuat dalam kondisi tertentu dapat mempengaruhi sebuah sikap yang negatif
menghasilkan perilaku yang positif. Contoh seorang anak tidak suka pada produk
pakaian merek A, namun karena orang tua atau kakaknya mempengaruhinya untuk
memlih dan membeli merek B, maka meskipun sikapnya positif terhadap merek A,
namun perilakunya tidak positif.
4.
Faktor
situasional
Kondisi yang mendesak dan situasi
yang tidak mendukung (dalam kondisi berduka /sakit maupun gembira) seringkali
menyebabkan sikap tidak dapat digunakan untuk memprediksi perilaku.
5.
Pengaruh
merek lain
Merek lain yang lebih unggul dalam
memberikan manfaat yang diharapkan seringkali mempengaruhi hubungan sikap
dengan perilaku. Konsumen bisa memilih
merek lain karena setelah dipilih dan dirasakan ternyata sesuai dengan yang
diharapkan konsumen.
6.
Kekuatan
sikap
Sikap dapat
digunakan untuk memprediksi perilaku, ketika sikap tersebut sangat kuat ada
pada konsumen.
Pembahasan nomor
3
Pengaruh
Kebudayaan Terhadap Pembelian Dan Konsumsi
Kebudayaan dalam bahasa Inggris
disebut culture. Kata tersebut sebenarnya berasal dari bahasa Latin = colere
yang berarti pemeliharaan, pengelolaan tanah menjadi tanah pertanian. Sedangkan
kata budaya berasal dari bahasa Sansekerta yaitu kata buddayah. Kata budayyah
berasal dari kata budhi atau akal. manusia memiliki unsur-unsur potensi budaya
yaitu pikiran (cipta), rasa dan kehendak (karsa). Hasil ketiga potensi budaya
itulah yang disebut kebudayaan.
Dari uraian diatas dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Kebudayaan
itu hanya dimiliki oleh masyarakat manusia
2. Kebudayaan
itu tidak diturunkan secara biologis melainkan diperoleh melalui proses belajar
3. Kebudayaan
itu didapat, didukung dan diteruskan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Menurut Selo Soedmardjan dan Soelaiman
Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya,rasa, dan cipta masyarkat. Dari
berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan
adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem
ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan
sehari-hari kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedagkan perwujudan kebudayaan
adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya,
berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola
perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial,religi, seni, dll, yang
kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan
bermasyarakat.
KEBUDAYAAN
SEBAGAI TEMPAT SEORANG INDIVIDU MENEMUKAN NILAI-NILAI YANG DIANUTNYA.
Individu tidak lahir dengan membawa
nilai-nilai (values). Nilai-nilai ini diperoleh dan berkembang melalui
informasi, lingkungan keluarga, serta budaya sepanjang perjalanan hidupnya.
Mereka belajar dari keseharian dan menetukan tentang nilai-nilai mana yang
benar dan mana yang salah. Untuk memahami perbedaan nilai-nilai kehidupan ini
sangat tergantung pada situasi dan kondisi dimana mereka tumbuh dan berkembang.
Nilai-nilai tersebut diambil dengan berbagai cara antara lain :
1. Model atau
contoh - dimana individu belajar tentang nilai-nilai yang baik atau yang buruk
melalui observasi perilaku keluarga, sahabat, teman sejawat dan masyarakat
lingkungannya dimana ia bergaul.
2. Moralitas -
diperoleh dari keluarga, ajaran agama, sekolah dan institusi tempatnya bekerja
dan memberikan ruang dan waktu atau kesempatan kepada individu untuk
mempertimbangkan nilai-nilai yang berbeda.
3. Sesuka hati
adalah proses dimana adaptasi nilai-nilai kurang terarah dan sangat tergantung
kepada nilai-nilai yang ada didalam diri seseorang dan memilih serta
mengembangkan sistem nilai-nilai tersebut menurut kemauan mereka sendiri. Hal
ini lebih sering disebabkan karena kurangnya pendekatan, atau tidak adanya
bimbingan atau pembinaan sehingga dapat menimbulkan kebingungan, dan konflik
internal bagi individu tersebut.
4. Penghargaan
dan Sanksi : Perlakuan yang biasa diterima seperti : mendapatkan penghargaan
bila menunjukan perilaku yang baik, dan sebaliknya akan mendapatkan sanksi atau
hukuman bila menunjukan perilaku yang tidak baik.
5. Tanggung
jawab untuk memilih - adanya dorongan internal untuk menggali nilai-nilai
tertentu dan mempertimbangkan konsekuensinya untuk diadaptasi. Disamping itu,
adanya dukungan dan bimbingan dari seseorang akan menyempurnakan perkembangan
sistem nilai dirinya sendiri.
PENGARUH
KEBUDAYAAN TERHADAP PERILAKU KONSUMEN
Pengertian perilaku konsumen menurut
Shiffman dan Kanuk (2000) adalah perilaku yang diperhatikan konsumen dalam
mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan mengabaikan produk, jasa, atau
ide yang diharapkan dapat memuaskan konsumen untuk dapat memuaskan kebutuhannya
dengan menkonsumsi produk atau jasa yang ditawarkan.
Model Perilaku
Konsumen
1. Faktor Budaya
Faktor budaya memberikan pengaruh paling
luas dan dalam pada perilaku konsumen. Pengiklan harus mengetahui peranan yang
dimainkan oleh budaya, subbudaya dan kelas sosial pembeli. Budaya adalah
penyebab paling mendasar dari keinginan dan perilaku seseorang. Sub-budaya
dapat dibedakan menjadi empat jenis : kelompok nasionalisme, kelompok
keagamaan, kelompok ras, area geografis.
Kelas-kelas sosial adalah masyarakat yang
relatif permanen dan bertahan lama dalam suatu masyarakat, yang tersusun secara
hierarki dan keanggotaanya mempunyai nilai, minat dan perilaku yang serupa.
Kelas sosial bukan ditentukan oleh satu faktor tunggal, seperti pendapatan,
tetapi diukur dari kombinasi pendapatan, pekerjaan, pendidikan, kekayaan dan
variabel lain.
2. Pengaruh
Budaya Yang Tidak Disadari
Dengan adanya kebudayaan, perilaku konsumen
mengalami perubahan. Dengan memahami beberapa bentuk budaya dari masyarakat,
dapat membantu pemasar dalam memprediksi penerimaan konsumen terhadap suatu
produk. Pengaruh budaya dapat mempengaruhi masyarakat secara tidak sadar.
3. Pengaruh
Budaya dapat Memuaskan Kebutuhan
Budaya yang ada di masyarakat dapat
memuaskan kebutuhan masyarakat. Budaya dalam suatu produk yang memberikan
petunjuk, dan pedoman dalam menyelesaikan masalah dengan menyediakan metode
"Coba dan Buktikan" dalam memuaskan kebutuhan fisiologis, personal dan
sosial.
4. Pengaruh
Budaya Dapat Dipelajari
Budaya dapat dipelajari sejak seseorang
sewaktu masih kecil, yang memungkinkan seseorang mulai mendapat nilai-nilai
kepercayaan dan kebiasaan dari lingkungan yang kemudian membentuk kepribadian
seseorang. Berbagai macam cara budaya dapat dipelajari. Seperti yang diketahui
secara umum yaitu misalnya ketika orang dewasa dan rekannya yang lebih tua
mengajari anggota keluarganya yang lebih muda mengenai cara berperilaku. Begitu
juga dalam dunia industri, perusahaan periklanan cenderung memilih cara
pembelajaran secara informal dengan memberikan model untuk ditiru masyarakat.
Iklan tidak hanya mampu mempengaruhi persepsi sesaat konsumen mengenai
keuntungan dari suatu produk, namun dapat juga mempengaruhi persepsi generasi mendatang
mengenai keuntungan yang akan didapat dari suatu kategori produk tertentu.
5. Pengaruh
Budaya yang Berupa Tradisi
Tradisi adalah aktivitas yang bersifat
simbolis yang merupakan serangkaian langkah-langkah (berbagai perilaku) yang
uncul dalam rangkaian yang pasti dan terjadi berulang-ulang. Hal yang penting
dari tradisi ini untuk para pemasar adalah fakta bahwa tradisi cenderung masih
berpengaruh terhadap masyarakat yang menganutnya. Misalnya yaitu, natal, yang
selalu berhubungan dengan pohon cemara. Dan untuk tradistradisi misalnya
pernikahan, akan membutuhkan perhiasan-perhiasan sebagai perlengkapan acara
tersebut.
DAMPAK
NILAI-NILAI INTI TERHADAP PEMASAR
1. Kebutuhan
Konsep dasar yang melandasi pemasaran
adalah kebutuhan manusia. Kebutuhan manusia adalah pernyataan dari rasa
kehilangan, dan manusia mempunyai banyak kebutuhan yang kompleks. Semua
kebutuhan berasal dari masyarakat konsumen, bila tidak puas, konsumen akan
mencari produk atau jasa yang dapat memuaskan kebutuhan tersebut.
2. Keinginan
Keinginan digambarkan dalam bentuk objek
yang akan memuaskan kebutuhan mereka atau keinginan adalah hasrat akan penawar
kebutuhan yang spesifik. Masyarakat yang semakin berkembang, keinginannya juga
semakin luas, tetapi ada keterbatasan dana, waktu, tenaga dan ruang, sehingga
dibutuhkan perusahaan yang bisa memuaskan keinginan sekaligus memenuhi
kebutuhan manusia dengan menebus keterbatasan tersebut, paling tidak
meminimalisasi keterbatasan sumber daya.
3. Permintaan
Dengan keinginan dan kebutuhan serta
keterbatasan sumber daya tersebut, akhirnya manusia menciptakan permintaan akan
produk atau jasa dengan manfaat yang paling memuaskan. sehingga muncullah
istilah permintaan, yaitu keinginan manusia akan produk spesifik yang didukung
oleh kemampuan dan ketersediaan untuk membelinya.
VARIASI NILAI
PERUBAHAN DALAM NILAI BUDAYA TERHADAP PEMBELIAN DAN KONSUMSI
Nilai budaya memberikan dampak yang
lebih pada perilaku konsumen dimana dalam hal ini dimasukkan ke dalam
kategori-kategori umum yaitu berupa orientasi nilai-nilai lainnya yaitu
merefleksi gambaran masyarakat dari hubungan yang tepat anatar individu dan
kelompok dalam masyarakat. Hubungan ini mempunyai pengaruh yang utama dalam
praktek pemasaran. sebagai contoh, jika masyarakat menilai aktifitas kolektif,
konsumen akan melihat ke arah lain pada pedoman dalam keputusan pembelanjaan
dan tidak akan merespon keuntungan pada seruan promosi untuk "menjadi
seorang individual". Dan begitu juga pada budaya yang individualistik.
Sifat dasar dari nilai yang terkait ini termasuk individual/kolektif, kaum
muda/tua, meluas/batas keluarga, maskulin/feminim, persaingan/kerjasama dan
perbedaan/keseragaman.