Rabu, 08 April 2015

Materi Perilaku Organisasi Kelompok 4

PERILAKU ANTAR KELOMPOK DAN MANAJEMEN KONFLIK

1.      Dampak Konflik Terhadap Manajemen
a)      Dampak Positif Konflik
Menurut Wijono (1993:3), bila upaya penanganan dan pengelolaan konflik karyawan dilakukan secara efisien dan efektif maka dampak positif akan muncul melalui perilaku yang dinampakkan oleh karyawan sebagai sumber daya manusia potensial dengan berbagai akibat seperti:
·      Meningkatnya ketertiban dan kedisiplinan dalam menggunakan waktu bekerja, seperti hampir tidak pernah ada karyawan yang absen tanpa alasan yang jelas, masuk dan pulang kerja tepat pada waktunya, pada waktu jam kerja setiap karyawan menggunakan waktu secara efektif, hasil kerja meningkat baik kuantitas maupun kualitasnya.
·      Meningkatnya hubungan kerjasama yang produktif. Hal ini terlihat dari cara pembagian tugas dan tanggung jawab sesuai dengan analisis pekerjaan masing-masing.
·      Meningkatnya motivasi kerja untuk melakukan kompetisi secara sehat antara pribadi maupun kelompok dalam organisasi, seperti terlihat dalam upaya peningkatan prestasi kerja, tanggung jawab, dedikasi, loyalitas, kejujuran, inisiatif dan kreativitas.
·      Semakin berkurangnya tekanan-tekanan, intrik-intrik yang dapat membuat stress bahkan produktivitas kerja semakin meningkat. Hal ini karena karyawan memperoleh perasaan-perasaan aman,  kepercayaan diri, penghargaan dalam keberhasilan kerjanya atau bahkan bisa mengembangkan karier dan potensi dirinya secara optimal.
·      Banyaknya karyawan yang dapat mengembangkan kariernya sesuai dengan potensinya melalui pelayanan pendidikan (education), pelatihan (training) dan konseling (counseling) dalam aspek kognitif, efektif dan psikomotrik. Semua ini bisa menjadikan tujuan organisasi tercapai dan produktivitas kerja meningkat akhirnya kesejahteraan karyawan terjamin.

b)     Dampak Negatif Konflik
Dampak negatif konflik (Wijono, 1993, p.2), sesungguhnya disebabkan oleh kurang efektif dalam pengelolaan yaitu ada kecenderungan untuk membiarkan konflik tumbuh subur dan menghindari terjadinya konflik. Akibatnya muncul keadaan-keadaan sebagai berikut:
·      Meningkatkan jumlah absensi karyawan dan seringnya karyawan mangkir pada waktu jam-jam kerja berlangsung seperti misalnya ngobrol berjam-jam sambil mendengarkan sandiwara radio, berjalan modar-mandir menyibukkan diri, tidur selama pimpinan tidak ada di tempat, pulang lebih awal atau datang terlambat dengan berbagai alasan yang tidak jelas.
·      Banyak karyawan yang mengeluh karena sikap atau perilaku teman kerjanya yang dirasakan kurang adil dalam membagi tugas dan tanggung jawab. Seringnya terjadi perselisihan antar karyawan yang bisa memancing kemarahan, ketersinggungan yang akhirnya dapat mempengaruhi pekerjaan, kondisi psikis dan keluarganya.
·      Banyak karyawan yang sakit-sakitan, sulit untuk konsentrasi dalam pekerjaannya, muncul perasaan-perasaan kurang aman, merasa tertolak oleh teman ataupun atasan, merasa tidak dihargai hasil pekerjaannya, timbul stres yang berkepanjangan yang bisa berakibat sakit tekanan darah tinggi, maag ataupun yang lainnya.
·      Seringnya karyawan melakukan mekanisme pertahanan diri bila memperoleh teguran dari atasan, misalnya mengadakan sabotase terhadap jalannya produksi, dengan cara merusak mesin-mesin atau peralatan kerja, mengadakan provokasi terhadap rekan kerja, membuat intrik-intrik yang merugikan orang lain.
·      Meningkatkan kecenderungan karyawan yang keluar masuk dan ini disebut labor turn-over. Kondisi semacam ini bisa menghemat kelancaran dan kestabilan organisasi secara menyeluruh karena produksi bisa macet, kehilangan karyawan potensial, waktu tersita hanya untuk kegiatan seleksi dan memberikan latihan dan dapat muncul pemborosan dalam cost benefit.

2.      Sumber Terjadinya Konflik Terhadap Kelompok
Setiap kelompok paling tidak mempunyai sedikit konflik dengan kelompok lain yang berhubungan. Dalam bagian ini, kita menyelidiki empat faktor yang menyebabkan konflik kelompok:
·         Saling Ketergantungan Kerja
Saling ketergantungan kerja terjadi bila dua atau lebih kelompok organisasi tergantung satu dengan lainnya untuk menyelesaikan tugas-tugas mereka. Potensi konflik pada keadaan ini sangat tinggi.
·         Saling Ketergantungan yang Dikelompokkan
Saling ketergantungan yang dikelompokkan tidak memerlukan adanya interaksi di antara kelompok sebab setiap kelompok, bertindak secara terpisah. Bagaimanapun, kinerja yang dihimpun dari semua kelompok menunjukkan seberapa berhasil organisasi itu. Sebagai contoh, staf sebuah kantor penjualan IBM di suatu daerah bisa saja tidak berhubungan dengan rekan sekerja dari daerah lain; hal yang hampir sama, dua cabang bank mungkin sedikit berhubungan atau tidak sama sekali. Pada kedua kasus tadi, bagaimanapun, kelompok-kelompok saling tergantung sebab kinerja masing-masing harus memadai jika keseluruhan organisasi berkembang pesat. Potensi konflik pada bentuk saling ketergantungan yang dikelompokkan relatif rendah, dan manajemen dapat mengandalkan pada peraturan dan prosedur standar yang dikembangkan di kantor pusat untuk koordinasi.
·         Saling Ketergantungan yang Berurutan
Saling ketergantungan yang berurutan memerlukan satu kelompok untuk menyelesaikan tugasnya sebelum kelompok lainnya dapat menyelesaikan tugasnya. Tugas-tugas ditampilkan dalam bentuk yang berurutan. Pada sebuah pabrik, misalnya, produk harus dirakit lebih dahulu sebelum di cat. Lalu, departemen perakitan harus menyelesaikan tugasnya sebelum bagian pengecatan dapat mulai mengecat.
Dalam keadaan seperti itu, dimana hasil suatu kelompok dijadikan bahan masukan kelompok lain, konflik di antara kelompok sering dapat terjadi. Mengkoordinasi saling ketergantungan yang berurutan melibatkan perencanaan yang efektif dari manajemen.
·         Saling Ketergantungan Timbal balik
Saling ketergantungan timbal balik memerlukan hasil dari tiap kelompok untuk dijadikan masukan bagi kelompok lain dalam organisasi. Memperhatikan hubungan di antara staf anestesi, staf perawatan, teknisi, dan ahli bedah dalam ruang operasi yang luas; hubungan seperti itu menciptakan saling ketergantungan timbal balik tingkat tinggi. Saling ketergantungan yang sama terdapat diantara kelompok yang terlibat dalam penerbangan. Contoh lain adalah saling ketergantungan diantara menara pengawas bandara, awak pesawat, operasi darat, dan petugas pemeliharaan. Secara jelas, potensi terjadinya konflik besar dalam situasi semacam ini. Koordinasi efektif yang melibatkan keahlian manajemen digunakan dalam proses komunikasi organisasi dan pengambilan keputusan.
Semua organisasi mempunyai saling ketergantungan yang dikelompokkan diantara kelompok. Organisasi biasanya juga mempunyai saling ketergantungan yang berurutan. Yang paling rumit bila organisasi mengalami saling ketergantungan yang dikelompokkan, berurutan, dan timbal balik di antara kelompok. Semakin kompleks suatu organisasi, semakin besar kemungkinan terjadinya konflik dan semakin sukar tugas yang dihadapi manajemen.

3.      Pengelompokkan Konflik Antar Kelompok
a)      Mengelola Konflik Antara Kelompok Melalui Resolusi
Para manajer menghabiskan lebih dari 20% waktunya dalam manajemen konflik. Karena para manajer harus hidup dengan konflik antar kelompok, mereka perlu menghadapi masalah dalam menangani konflik itu. Kegagalan dalam melakukannya dapat mengarah kepada akibat yang mencelakakan. Konflik dapat menghancurkan sebuah organisasi dengan menciptakan dinding pemisah di antara rekan sekerja, menghasilkan kinerja yang buruk, dan bahkan mengundurkan diri.
Para manajer harus menyadari bahwa karena sebab-sebab konflik berlainan, alat untuk menyelasaikan konflik juga akan berlainan, tergantung pada keadaan. Memilih sebuah resolusi konflik yang cocok tergantung pada beberapa faktor termasuk alasan mengapa konflik terjadi dan berhubungan khusus di antara manajer dan kelompok yang berkonflik. Bagian ini menyajikan teknik untuk menyelesaikan konflik antar kelompok yang telah mencapai tingkat yang tidak berguna bagi organisasi.
·       Pemecahan Masalah
Metode konfrontasi pemecahan masalah dicari untuk mengurangi ketegangan melalui pertemuan tatap muka kelompok yang berkonflik. Tujuan pertemuan adalah untuk mengenal konflik dan menyelesaikanya. Kelompok-kelompok yang berkonflik berdebat secara terbuka mengenai berbagai topik dan membahas semua informasi yang relevan sampai keputusan tercapai. Untuk konflik yang semula dari kesalahpahaman atau rintangan bahasa, metode konfrontasi telah terbukti efektif. Untuk memecahkan masalah yang lebih kompleks (misalnya, konflik dimana kelompok mempunyai sistem nilai yang berbeda), metode ini kurang berhasil.
·       Tujuan Superordinat
Dalam resolusi konflik di antara kelompok, teknik tujuan superordinat melibatkan pengembangan sebuah himpunan tujuan dan sasaran yang tidak dapat diperoleh tanpa kerjasama dari kelompok yang terlibat. Kenyataannya, tujuan tidak dapat dicapai hanya oleh satu kelompok dan menghilangkan semua tujuan yang lain dari suatu kelompok yang terlibat dalam konflik. Sebagai contoh, dalam tahun-tahun dalam belakangan ini beberapa serikat pekerja pada industri mobil dan pesawat terbang telah setuju untuk menahan kenaikan upah dan dalam beberapa kasus menerima penurunan upah, sebab kelangsungan hidup industri atau firma mereka terancam. Ketika krisis telah berakhir, permintaan untuk upah yang lebih tinggi terjadi lagi.
·       Perluasan Sumber Daya
Seperti telah diketahui sebelumnya, sebab utama konflik antar kelompok adalah terbatasnya sumber daya. Apapun keberhasilan suatu kelompok dalam pencapaiannya diperoleh atas tanggungan kelompok lain. Kelangkaan sumber daya mungkin berupa sebuah kedudukan khusus (misalnya, posisi presiden dalam perusahaan), uang, atau ruang. Perluasan sumber daya mungkin merupakan salah satu cara untuk memecahkan suatu masalah. Misalnya, ketika satu perusahaan penerbitan besar memutuskan untuk memperluas perusahaan dengan mendirikan anak perusahaan, banyak pengamat percaya bahwa alasan pertama perluasan adalah untuk memungkinkan perusahaan masuk dalam segmen pasar yang lain. Disamping benar secara parsial, alasan yang lebih kuat adalah memberi kesempatan perusahaan untuk menahan keluarnya personil yang bernilai. Dengan mendirikan anak perusahaan, perusahaan dapat menambah posisi eksekutif sebab perusahaan anak memerlukan presiden, bermacam wakil presiden, dan eksekutif lainnya. Menambah sumber daya adalah teknik yang berhasil secara potensial untuk memecahkan masalah dalam banyak kasus, sebab teknik ini hampir dapat memuaskan semua orang. Tetapi dalam kenyataannya, sumber daya biasanya tidak diperluas.
·       Penghindaran
Kadang-kadang, para manajer dapat menemukan beberapa cara untuk menghindari konflik. Ketika penghindaran mungkin tidak membawa manfaat dalam jangka panjang, ini bisa dipastikan bekerja sebagai pemecahan jangka pendek. Bagaimanapun, menghindari konflik dapat ditafsirkan sebagai persetujuan dengan tindakan kelompok atau kurangnya keteguhan pada sisi manajer. Menghindari konflik bukan merupakan penyelesaian ysng efektif dan juga tidak menghilangkannya. Bahkan konflik harus dihadapi. Tetapi dalam beberapa keadaan, penghindaran mungkin merupakan alternatif sementara yang paling baik.
·       Pelunakan
Suatu teknik yang dikenal sebagai pelunakan menekankan kepentingan umum dari kelompok yang berkonflik dan melunakan perbedaan-perbedaannya. Kepercayaan dasar adalah menekankan bahwa berbagai pandangan pada hal tertentu memudahkan pergerakan menuju tujuan bersama. Manajer harus menjelaskan kepada kelompok yang berkonflik bahwa kerja organisasi akan berada dalam bahaya jika kelompok tidak saling bekerjasama. Sepanjang kedua kelompok melihat manajer tidak memihak, mereka mempunyai kesempatan dan setuju, paling tidak, untuk membatasi perusahaan. Tetapi jika perbedaan di antara kelmpok serius, pelunakan seperti penghindaran-adalah penyelesaian jangka pendek terbaik.
·       Kompromi
Kompromi adalah cara tradisional untuk menyelesaikan konflik antar kelompok. Dalam kompromi, tidak ada pihak tertentu sebagai pemenang atau pecundang, dan keputusan dicapai mungkin tidak ideal untuk kedua kelmpok. Kompromi dapat digunakan secara efektif ketika bentuk tujuan (misalnya, uang) dapat dibagi secara adil. Jika ini tidak mungkin, salah satu kelompok harus merelakan sesuatu yang berharga sebagai konsesi.
Para manajer yang membenarkan kompromi sebagai taktik penyelesaian konflik mengirimkan rasa simpatiknya kepada permintaan kedua kelompok. Jika digunakan secara efektif manajer dapat secara serentak mengambil pendekatan yang agresif ke arah penyelesaian konflik sambil memperlihatkan perhatiannya kepada mereka yang terlibat.
Kompromi mungkin juga melibatkan campur tangan pihak ketiga, baik dalam perundingan dan pengambilan suara kelompok maupun wakil manajemen.
·       Perintah Kekuasaan
Penggunan kekuasaan mungkin yang tertua, paling banyak digunakan untuk menyelesaikan konflik antar kelompok. Menggunakan cara ini, manajemen dengan mudah menyelesaiakan masalah yang dilihatnya pantas dan mengkomunikasikan keinginan-keinginannya kepada kelompok-kelompok yang terlibat. Bawahan biasanya terpegang pada keputusan atasan, apakah dia setuju atau tidak. Jadi, perintah kekuasaan biasanya bekerja dalam jangka pendek. Sama dengan penghindara, pelunakan, dan kompromi, bagaimanapun, ini tidak memfokuskan pada sebab-sebab konflik tetapi agak berfokus pada hasilnya. Jika sebab-sebab masih ada, konflik kemungkinan akan berulang.
·       Penggantian Variabel Manusia
Penggantian variabel manusia melibatkan usaha untuk mengubah perilaku anggota kelompok. Cara ini berfokus pada satu atau banyak sebab konflik dan pada sikap dari orang-orang yang terlibat. Ketika cara ini terlihat sulit, dia bekerja pada sebab utama konflik. Penggantian variabel manusia dapat mempunyai hasil jangka panjang yang lebih nyata.
·       Penggantian Variabel Struktural
Penggantian variabel struktural melibatkan perubahan struktur organisasi yang resmi. Struktur mengacu pada hubungan yang tetap di antara pekerjaan dalam organisasi dan termasuk merancang pekerjaan dan departemen-departemen. Penggantian struktur organisasi untuk menyelesaikan konflik antar kelompok melibatkan beberapa hal seperti pemindahan, pertukaran, atau perputaran anggota kelompok atau mempunyai koordinator, penghubung, atau pergi di antara orang-orang yang tetap menjaga komunikasi satu dengan lainnya dalam kelompok.
·       Mengenali Musuh Bersama
Dalam beberapa hal, mengenali musuh bersama merupakan sisi negatif dari tujuan superordinat. Kelompok-kelompok yang berkonflik kadang-kadang dapat menyelesaikan perbedaan-perbedaan dan bersatu memerangi musuh bersama. Musuh bersamanya mungkin pesaing yang baru saja memperkenalkan produk yang lebih bagus. Kelompok yang berkelompok pada sebuah bank tiba-tiba bekerja dengan sangat serasi ketika pemeriksa dari bank pemerintah melakukan kunjungan. Gejala musuh bersama sangat nyata dalam konflik intern. Banyak petugas kepolisian lebih suka untuk tidak terlibat dalam konflik intern yang memanas sebab, sejauh ini dalam banyak kasus, pihak yang berselisih menutupi korps dan menyalahkan petugas kepolisian.
Cara yang paling umum digunakan dalam mengelola konflik antar kelompok masing-masing mempunyai kekuatan dan kelemahan dan dapat efektif atau tidak dalam keadaan berbeda. Apa yang akan dibahas dalam Bab ini mengenai konflik antar kelompok diringkas pada Gambar 10.2. gambar menunjukkan hubungan antar sebab dan jenis, akibat konflik antar kelompok dan teknik untuk memecahkannya.
Apapun teknik yang digunakan untuk berhubungan dengan konflik antar kelompok (dan tidak diragukan ada teknik lain yang tidak dibahas disini), para manajer harus belajar bagaimana mengenali keberadaan dan sebab-sebab konflik antar kelompok. Mereka juga harus mengembangkan keterampilan agar efektif bila berhubungan dengan hal tersebut. Gambar 10.2 memuat daftar atribut penting dari sebuah proses penyelesaian konflik yang efektif dimana para manajer dapat mengukur keberhasilan usaha mereka.
                        Pada seluruh Bab ini, kita menekankan bahwa beberapa konflik menguntungkan. Pendapat tentang ini dibuat lagi dalam Gambar 10.2, yang termasuk akibat fungsional dari konflik antar kelompok. Gambar mengindikasikan, bahwa di luar konflik, perubahan dapat berkembang dari kesadaran akan masalah dan dari pencarian yang kreatif akan pilihan penyelesaian. Kita telah mempelajari situasi dimana konflik adalah tidak berguna karena terlalu tinggi dan memerlukan penyelesaian. Tapi mungkin juga karena konflik antar kelompok terlalu rendah dan memerlukan dorongan untuk membangkitkan tindakan.
                        Walaupun sedikit konflik memberikan keuntungan dalam jangka pendek, tetapi itu dapat juga mengarah pada situasi dimana satu kelompok memegang pengaruh yang besar terhadap yang lain.





Sebab-sebab konflik antar kelompok
Kesalingtergantungan Perbedaan tujuan
-Sumber terbatas
-Struktur penghargaan
-Perbedaan persepsi
-Perbedaan tujuan
-Perbedaan cakrawala waktu
-Ketiadaan status
-Ketidaktepatan persepsi
-Kenaikan permintaan spesialis

 
Akibat-akibat disfungsional
 
[Gambar 10.2] Sebuah Tinjauan Mengenai Konflik Antar Kelompok
Penekanan pada kesetiaan
Peubahan diantara kelompok
Persepsi yang terganggu
Stereotip negatif
Komunikasi menurun
 
Perubahan dalam kelompok
Meningkatnya keeratan
Munculnya kepemimpinan otokratis
Terpusat pada kegiatan
 
                                            

 


                                           

Konflik antar kelompok

 
                                                                           
                                                                                         
 


                                                                                                          

                                                          





 






·       Komunikasi
                            Dengan penggunaan secara cerdas dari saluran komunikasi organisasi, seorang manajer dapat mendorong konflik yang berguna. Informasi dapat ditempatkan secara hati-hati ke dalam saluran resmi untuk menciptakan ambiguitas (hal yang mendua), evaluasi kembali, atau konfrontasi. Informasi yang mengancam (misalnya, pemotongan anggaran yang diajukan) dapat menciptakan konflik yang berguna dalam departemen dan meningkatkan kinerja. Penyebaran (planted) gosip yang hati-hati juga dapat menghasilkan tujuan yang bermanfaat. Contoh, administrator rumah sakit mungkin memulai gosip tentang usulan reorganisasi rumah sakit. Tujuannya ada dua: (1) untuk mendorong ide-ide baru mengenai bagaimana untuk menyelesaiakan tugas rumah sakit secara lebih efektif dan (2) mengurangi apatisme antar staf.
·       Mendatangkan Orang Luar ke Dalam Kelompok
                            Teknik yang telah banyak digunakan untuk membuat organisasi yang macet atau sub-unit dari organisasi “kembali hidup” adalah dengan memperkerjakan atau memindahkan individu yang berperilaku, bernilai dan berlatar belakang berbeda daripada anggota-anggota kelompok yang ada sekarang.
                            Banyak fakultas perguruan tinggi secara sadar berusaha mencari anggota baru dari latar belakang yang berbeda, sering tidak mendorong untuk mempekerjakan lulusan dari programnya sendiri. Ini untuk menjamin adanya keanekaragaman pandangan didalam fakultas. Teknik ini untuk memasukkan orang luar juga telah banyak digunakan dalam pemerintahan dan bisnis. Belakangan ini, presiden bank memutuskan untuk tidak mengangkat orang dalam untuk posisi wakil presiden pemasaran yang baru. Malahan, ia mempekerjakan eksekutif yang sangat sukses dalam bidang produk konsumsi yang sangat kompetitif. Presiden bank merasa bahwa walaupun orang luar tahu sedikit tentang pelayanan keuangan pemasaran, pendekatan dan pengetahuannya tentang pemasaran adalah yang dibutuhkan untuk menjadi pesaing yang kuat.
·       Mengubah Struktur Organisasi
                            Mengubah struktur organisasi tidak hanya membantu menyelesaikan konflik antar kelompok; tapi juga menciptakan konflik. Sebagai contoh, misalkan suatu sekolah bisnis mempunyai satu departemen yang besar. Departemen Administrasi Bisnis meliputi semua anggota fakultas yang mengajarkan kursusu dalam bidang manajemen, pemasaran, keuangan, dan manajemen produksi. Oleh karena itu, departemen terlalu besar, dengan 32 anggota di bawah satu orang ketua departemen yang melaporkan kepada Dekan. Dekan baru belakangan ini telah dipekerjakan, dan pertimbangan untuk memecah unit administrasi bisnis ke dalam beberapa bagian yang terpisah (misalnya, pemasaran, keuangan, manajemen), masing-masing dengan lima atau enam anggota dan seorang ketua. Alasannya adalah bahwa reorganisasi dalam hal ini akan menimbulkan persaingan di antara kelompok atau sumber daya, siswa, fakultas, dan selanjutnya, dimana tidak ada sebelumnya karena hanya ada satu kelompok. Persoalannya adalah apakah restrukturisasi ini akan meningkatkan kinerja.
·       Mendorong Adanya Persaingan
                            Beberapa manajer menggunakan bermacam cara untuk meningkatkan kompetisi antar kelompok. Insentif, seperti hadiah dan bonus untuk kinerja yang luar biasa sering mendorong terjadinya persaingan. Jika dimanfaatkan secara benar, insentif semacam itu membantu untuk menjaga atmosfir persaingan yang sehat yang dapat menghasilkan tingkat konflik yang berguna. Insentif dapat diberikan pada bagian yang paling sedikit kerusakannya, penjualan yang tertinggi, pengajar terbaik, atau pelanggan terbaru juga di beberapa bagian yang meningkatkan konflik yang mungkin mengarah kepada kinerja yang lebih efektif.
                            Mengelola konflik antar kelompok melalui pemberian semangat/stimulasi adalah tantangan yang sulit untuk seorang manajer. Hal ini dapat dengan mudah berbalik dan dengan cepat menjadi konflik yang tidak berguna.
                                                                                       
4.      Konsekuensi Konflik Disfungsional Antar Kelompok
Konflik disfungsional adalah setiap konfrontasi atau interaksi di antara kelompok yang merugikan organisasi atau menghalangi pencapaian tujuan organisasi. Manajemen harus berusaha untuk menghilangkan konflik ini.
Para pakar perilaku telah menghabiskan waktu berpuluh-puluh tahun meneliti dan menganalisis bagaimana konflik antar kelompok disfungsional mempengaruhi mereka yang mengalaminya. Mereka telah menemukan bahwa kelompok-kelompok yang terdapat dalam situasi konflik cenderung untuk bereaksi dalam cara yang mudah ditebak, dalam perubahan yang sering terjadi dalam kelompok dan di antara kelompok sebagai hasil dari konflik antar kelompok disfungsional.


A.    Perubahan Dalam Kelompok
Beberapa perubahan sepertinya terjadi dalam kelompok yang terlibat dalam konflik antar kelompok. Sayangnya, perubahan ini umumnya menghasilkan konflik yang berlanjut yang berkembang.
1)      Meningkatkan Kekompakan Kelompok
Persaingan, konflik, atau ancaman dari luar biasnya mengakibatkan anggota kelompok mengesampingkan perbedaan-perbedaan individu dan merapatkan barisan. Anggota-anggota menjadi lebih setia kepada kelompok, dan keanggotaan kelompok menjadi lebih menarik.

2)      Timbulnya Kepemimpinan Otokratis
Dalam situasi konflik  yang ekstrim, ketika ancaman terlihat, cara kepemimpinan demokratis menjadi kurang populer; para anggota menginginkan kepemimpinan yang kuat. Kemudian, para pemimpin menjadi lebih otokratis. Pada kejadian pelarangan liga utama dari Perhimpunan pemain Bisbol tahun 1990, ketua serikat Donald Fehr  mempunyai wewenang negosiasi yang luar biasa yang diperoleh dari pemain untuk melakukan apa yang dia anggap terbaik bagi mereka.

3)      Fokus pada aktivitas
Ketika kelompok berada dalam konflik, para anggotanya biasanya mengutamakan untuk melakukan apa yang dilakukan kelompoknya dan mengerjakannya dengan sangat baik. Kelmpok menjadi semakin berorientasi tugas. Toleransi kepada anggota yang bodoh menjadi rendah, kurang perhatian terhadap kepuasan anggota secara individu. Penekanan terletak pada tercapainya tugas kelompok dan mengalahkan “sang musuh” (kelompok lain dalam konflik).

4)      Menekankan pada Loyalitas
Penyesuaian diri pada norma-norma kelompok cenderung menjadi lebih penting dalam situasi konflik. Tujuan kelompok didahulukan daripada kepuasan individu, sebagai anggota yang diharapkan untuk menunjukkan loyalitas mereka. Dalam situasi konflik yang penting, interaksi dengan “kelompok lain” mungkin dianggap melanggar aturan.

B.     Perubahan di antara Kelompok
Selama konflik, perubahan tertentu terjadi di antara kelompok yang terlibat.
1)      Destorsi persepsi
Selama konflik, persepsi dari setiap anggota kelompok menjadi terganggu. Para anggota kelompok mengembangkan pendapat yang lebih kuat akan pentingnya kesatuan mereka. Setiap kelompok melihat diri mereka sebagai paling baik dalam kinerja dan lebih penting untuk kelangsungan hidup organisasi dibanding kelompok lain. Dalam situasi konflik, para perawat mungkin menyimpulkan diri mereka lebih penting buat pasien daripada tenaga paramedis/dokter, sementara tenaga paramedis beranggapan bahwa diri mereka lebih penting dibandingkan tenaga administrasi rumah sakit. Kelompok pemasaran dalam sebuah organisasi bisnis mungkin berfikir, “Tanpa kami yang menjual produk, tak akan ada uang untuk membayar gaji semua orang.” Sementara kelompok produksi mengatakan, “Jika kami tidak buat produk, tidak akan ada yang dapat dijual.” Akhirnya, tidak ada satupun dari kelompok ini yang lebih penting, tetapi konflik dapat menyebabkan anggota mereka mengembangkan persepsi yang salah akan realitas.



2)      Stereotip yang Negatif
Sejalan dengan meningkatnya konflik dan persepsi menjadi lebih terganggu, semua stereotip yang negatif yang pernah ada menguat kembali. Seorang wakil manajemen mungkin berkata, “Saya selalu mengatakan anggota serikat ini sangat serakah. Sekarang mereka telah membuktikannya.” Kepala serikat guru lokal mungkin berkata, “Sekarang kita tahu bahwa politisi hanya tertarik jika terpilih kembali, tidak dalam mutu pendidikan.” Ketika stereotip yang negatif menjadi faktor dalam sebuah konflik, anggota setiap kelompok melihat perbeaan yang lebih sedikit dalam unit mereka daripada yang benar-benar ada dan perbedaan yang lebih besar di antara kelompok dibanding yang benar-benar ada.

3)      Penurunan Komunikasi
Komunikasi di antara kelompok dalam konflik biasanya terputus. Ini bisa menjadi sangat tidak berguna, khususnya jika ada saling ketergantungan yang berurutan atau timbal balik. Proses pengambilan keputusan dapat terganggu, dan pelanggan atau pihak lain yang dilayani oleh organisasi dapat terpengaruh. Bayangankan kemungkinan akibatnya pada pasien, misalnya, jika sebuah konflik di antara teknisi dan perawat rumah sakit berlangsung terus hingga hal ini menurunkan mutu pelayanan kesehatan.

Sementara itu bukan konsekuensi disfungsional dari konflik antar kelompok, hal yang paling umum, tetapi juga tercata dengan baik pada literatur penelitian. Akibat yang lain, seperti kekerasan dan agresi, tidak umum terjadi. Ketika konflik antar kelompok berlangsung, suatu bentuk campur tangan manajerial biasanya diperlukan. Bagian selanjutnya berhubungan dengan bagaimana manajer dapat mengatasi siatuasi ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar